Sabtu, 16 Mei 2015

makalah bahasa arab



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Secara umum masalah utama yang muncul ketika hendak mempelajari dan menela’ah Al-Qur’an adalah bahasa.
Di satu sisi, Al-Qur’an berbahasa arab, di sisi lain, anak-anak dan pembelajar lainnya masih menggunakan bahasa ibunya bukan bahasa Arab.
Inilah yang menjadi salah satu penyebab terabainya umat Islam terhadap agamanya sendiri. Oleh karenanya sebagai mahasiswa hendaknya mengerti dan memahami hal-hal yang berhubungan denga pembelajaran bahasa arab secara sistematis. Dikarenakan kami sebagai kelompok kedua dalam mata kuliah PEMBELAJARAN BAHASA ARAB maka kami membahas tentang teknik- teknik dalam pembelajaran bahasa arab beserta contoh-contohnya.


B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari teknik pengajaran
2. Sistem pengajaran bahasa
3. Teknik-teknik pengajaran bahasa arab sistem terpisah




C. Tujua penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian teknik pengajaran
2. Untuk mengetahui sistem pengajaran bahasa
3. Untuk mengetahui pengajaran bahasa arab sistem terpisah
















BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK-TEKNIK PENGAJARAN BAHASA
A. PENGERTIAN TEKNIK PENGAJARAN
Teknik adalah pelaksanaan secara operasional suatu metode dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Atau secara harfiah teknik juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 1158) teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu.[1]
Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan teknik adalah satu muslihat atau strategi atau taktik yang digunakan oleh guru yang mencapai hasil segera yang maksimum pada waktu mengajar sesuatu bahagian bahasa tertentu.[2]

B. SISTEM PENGAJARAN BAHASA
Di dalam setiap bahasa terdapat unsur-unsur yang dapat dilihat secara terpisah-pisah meskipun satu sama lain saling berhubungan dengan erat bahkan menyatu sehingga terbentuk sebuah fenomena yang bernama bahasa.[3]
Ada tiga system dalam mengajarkan unsur-unsur bahasa dan keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut, yaitu:
1.    Sistem terpisah-pisah
Sistem ini di dalam bahasa Inggris disebut Separated sistem atau Nizhamul furu' dalam bahasa Arab. Kelebihan sistem ini ialah bahwa guru dan perancang kurikulum mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memberikan perhatian khusus kepada bidang kajian atau mata pelajaran tertentu yang menurut pandangannya sangat penting. Adapun kelemahannya, sistem ini mencabik-cabik keutuhan bahasa, dan menghilangkan esensi dan watak alamiahnya.
Hal ini menjadikan pengetahuan dan pengalaman kebahasaan pelajar juga terpotong-potong, sehingga tidak mampu menggunakannya secara baik dan benar dalam kehidupan nyata. Pada sisi lain, sistem ini juga menyebabkan ketidak seimbangan antar berbagai unsur bahasa dan keterampilan bahasa, baik pada proses pembelajaran maupun output atau hasilnya.
2.    Sistem terpadu
Sistem ini di dalam bahasa Inggris disebut Integrated sistem/ All in One Sistem atau Nizhamul wafidafi'dalam bahasa Arab. Dalam sistem ini, bahasa dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, saling berhubungan dan berkaitan bukan sebagai bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, hanya ada satu mata pelajaran, satu jam pertemuan, satu buku, satu evaluasi, dan satu nilai hasil belajar.
3.    Sistem gabungan
Lembaga pendidikan yang menggabungkan  kedua sistem Sistem dalam pola pengajaran bahasa arab. Contohnya KMI gontor menerapkan sistem terpadu dalam pengajaran bahasa arab selama satu tahun.

C.TEKNIK PENGAJARAN BAHASA ARAB SITEM TERPISAH
1. Teknik pengajaran bahasa tertulis
Ada beberapa teknik atau bisa juga disebut metode untuk mengajarkan bahasa baca tulis huruf arab, atau mengenalkan bunyi dan otografi bahasa arab.
a. Metode alpabetik
Dalam metode ini, pengajaran baca tulis dimulai dengan mengenalkan nama-nama huruf dan otografi (bentuk tulisannya), selanjutnya dikenalkan bunyi huruf konsonan setelah digabungkan dengan huruf vocal sehingga dibentuk sebuah fomen. Maka pada tahap pengenalan bunyi disajikan huruf-huruf yang bertanda vocal, misalnya sebagai berikut:
جُ جِ جَ- ثُ ثِ ثَ- تُ تِ تَ -بُ بِ بَ- اُ اِ اَ
b. Metode bunyi
Dalam metode ini, pembelajan tidak dimulai dengan pengenalan nama huruf, tapi langsung pada bunyi. Ada tiga cara yang lazim digunakan yaitu:
1.  metode sintesis, metode ini dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf-huruf, kemudian dirangkai menjadi kata.
Contoh:    نَـبَـتَ, تَ بَ نَ , تَ - بَ نَ
2.  metode analisis, dimulai dengan kata, kemudian dikupas menjadi bunyi huruf-huruf. Atau dimulai dengan kalimat, kemudian dikupas menjadi kata-kata, dan dikupas lagi menjadi huruf.
Contoh:  كٌ - مَ - سَ , كٌ مَ سَ ,سَمَكٌ
3.  dan metode analisis sintesis, merupakan  penggabungan kedua metode.
Contoh: سَــلِــمَ atau sebaliknya مَ - لِ – سَ

2. teknik pengajaran tata bahasa atau struktur
Pada dasarnya , kegiatan pengajaran tata bahasa terdiri dari dua bagian yaitu:
1. pengenalan kaidah
pengelan kaidah dapat dialkukan dengan cara deduktif dan cara induktif.
·         Cara deduktif
Adalah mengajar nahwu kemudian disusul dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan bacaan.[4]
·         Cara induktif
Dilaksanakan dengan cara, guru pertama menyajiakan contoh-contoh (amtsilah). Setelah mempelajari contoh-contoh yang diberikan siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan sendiri kaidah-kaidah bahasa berdasarka contoh-contoh tersebut.

2. Latihan (Drill)
Drill secara denotatif merupakan tindakan untuk meningkatkan keterampilan dan kemahiran. Sebagai metode pembelajaran, drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan, serta dapat pula untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan.[5]
Beberapa pendekatan dan metode mutakhir menekankan perlunya penyajian gramatika fungsional (an-nahwu al-wazhifi), baik dari segi pemilihan materi maupun cara penyajiannya.
Ada tiga jenis latihan yang masing-masing bisa berdiri sendiri atau bisa merupakan suatu urutan yang merupakan kesatuan.
a. Latihan mekanis, pada dasarnya latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang benar.
b. Latihan bermakna, kalau latihan mekanis sepenuhnya bersifat manipulatif, karena kalimat-kalimat yang diucapkan oleh siswa sama sekali tidak dihubungkan dengan konteks atau situasi maka latihan-latihan bermakna ini walaupun belum sepenuhnya bersifat komulatif, tapisudah dihubungkan dengan konteks atas situasi yang sebenarnya. Oleh karena itu dapat dikatakan seni komunikatif.
c. Latihan komunikatif, latihan ini membutuhkan daya kreasi siswa dan merupakan latihan yang sebenarnya.
Adapun ketiga jenis latihan ini adalah merupakan implementasi dari metode eklektik yaitu gabungan antara metode audio lingual dengan metode komunikatif.
3.    Teknik pengajaran kosa kata ( mufradat )
Mufradat  merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Tapi mempelajari bahasa tidak identik dengan mempelajari mufradat. Artinya untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal mufradat saja.[6]
Savier (dalam fries,1970) menyatakan, para pembelajar bahasa tidak bisa mengenal bahasa melalui kamus. Setiap kata, kalimat atau ungkapan memiliki tiga level makna, yakni makna leksikal (mu’jamyah), makna mirfologis (sharfiyah), dan makna sintaksis (nahwiyah). Ketiga makna tersebut harus dikenali untuk dapat memahami suatu kalimat atau ungkapan secara sempurna.
a.    Hal-hal yang diperhatikan
Dalam pembelajaran kosa kata, perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pembatasan makna
Suatu kata dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa asing. Dalam hubungan ini, untuk para pemula, sebaiknya guru hanya mengajarkan makna yang sesuai dengan konteks saja, agar tidak memecah perhatian dan ingatan siswa. Untuk tingkat lanjut, penjelasan makna bisa dikembangkan agar para siswa memiliki wawasan yang luas mengenai makna kata tersebut.
2. Kosa kata dalam  konteks
Banyak kosa kata yang tidak bisa dipahami secara tepat tanpa mengetahui pemakaiannya dalam kalimat. Kosa kata semacam ini haruslah diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan pemahaman siswa.
3. Terjemah dalam pengajaran kosa kata
Mengajarkan makna kata dengan cara menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu adalah cara yang paling mudah, tetapi mengandung beberapa kelemahan, antara lain: mengurangi spontanitas siswa ketika menggunakannya dalam ungkapan, lemah daya lekatnya dalam ingatan siswa, dan tidak semua kosa kata dalam bahasa asing terdapat persamaan yang tepat dalam bahasa ibu.
b. Teknik-teknik pengajaran mufradat
Adapun teknik pengajaran kosakata dan tahapan-tahapannya dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Mendengarkan kata
2. Mengucapkan kata
3. Mendapatkan makna
4. Membaca teks
5. Menulis kata
6. Membuat kalimat

4.    Teknik pengajaran kemahiran menyimak
Salah satu perinsif linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa di dengar.
Menyimak adalah suatu keterampilan yang hingga sekarang agak diabaikan dan belum mendapat tempat yang sewajarnya dalam pengajaran bahasa.[7]
Dengan demikian menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar.
a. Tahap-tahap latihan menyimak
1. Latihan pengenalan (identifikasi)
Kemahiran menyimak (istima’) pada tahap pertama bertujuan agar siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat. Latihan pengenalan ini sangat penting karena sistem tata bunyi bahasa Arab banyak berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikenal oleh siswa.
2. Latihan mendengarkan dan menirukan
Walaupun latihan-latihan menyimak bertujuan melatih pendengaran, tapi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan yang disebut terakhir inilah yang manjadi tujuan akhir dari latihan menyimak. Jadi setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan mamahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut. Dengan demikian pelajaran isrima' sekaligus melatih kemampuan reseptif dan produktif.
Dalam tahap permulaan, siswa dilatih untuk mendengarkan dan menirukan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru, ketika memperkenalkan kata-kata atau pola kalimat yang baru, atau dalam waktu yang sengaja dikhususkan untuk latihan menyimak. Latihan menirukan ini difokuskan pada bunyi-bunyi bahasa yang asing bagi siswa, juga pada pengucapan vokal panjang dan pendek, bertasydid dan tidak bertasydid, yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia.
3. Latihan mendengarkan dan memahami
Tahap selanjutnya, setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa dan dapat mengucapkannya, latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu memahami bentuk dan makna dari apa yang didengarnya itu. Latihan mendengar untuk pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara lain:
a.    Latihan melihat dan mendengar
Guru memperdengarkan materi yang sudah direkam, dan pada waktu yang sama memperlihatkan rangkaian gambar yang mencerminkan arti dan isi materi yang didengar oleh siswa tadi. Gambar-gambar tersebut bisa berupa film-strip, slide, gambar dinding dan sebagainya.
b.    Latihan membaca dan mendengar
Guru memperdengarkan materi bacaan yang sudah direkam dan siswa membaca teks (dalam hati) mengikuti materi yang diperdengarkan. Pada tingkat permulaan, perbendaharaan kata-kata yang dimiliki siswa masih terbatas. Oleh karena itu, harus dipilihkan bahan yang pendek-pendek, mungkin berupa percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan sederhana yang tidak terlalu kompleks.
c.    Latihan mendengarkan dan memeragakan
Dalam latihan ini, siswa diminta melakukan gerakan atau tindakan non verbal sebagai jawaban terhadap stimulus yang diperdengarkan oleh guru. Kegiatan ini tidak terbatas pada ungkapan sehari-hari digunakan oleh guru dalam kelas seperti:
تبوا - اجلس – اقرأ

d.    Latihan mendengarkan dan memahami
Pada akhirnya, mendengarkan sesuatu adalah untuk memperoleh informasi. Infofmasi itu mungkin tersurat/ekplisit, dinyatakan secara jelas. Tetapi mungkin juga tersirat/implisit, yang memerlukan pengamatan dan penilaian lebih jauh.
Ini berarti bahwa menyimak adalah keterampilan yang dapat dicapai hanya dengan latihan-latihan. Tujuan latihan menyimak pada tahap ini ialah agar siswa memiliki keterampilan memahami isi suatu teks lisan dan mampu secara kritis menangkap isi yang dikandungnya, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
b. Sitematika pertayaan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam pelajaran mendengarkan dan memahami, dapat disistematikkan menurut jenis pertanyaan itu sendiri dan menurut perilaku siswa yang kita pancing.
Pertanyaan jenis ya tidak (Na'am – la) ialah pertanyaan yang jawabannya didahului dengan kata Na’am atau La.
Pertanyaan jenis alternatif (ikhtiyari) ialah pertanyaan yang memberikan pilihan kepada siswa dan kedua pilihan itu secara eksplisit disebutkan dalam pertanyaan.
Hamzah (أ) bisa digunakan untuk kedua jenis pertanyaan di atas, sedangkan Hal (هل) hanya untuk jenis pertanyaan pertama (na'am-la) dan dikenal dengan istilah Lit-Tashdiq.
Pertanyaan jenis wh-question ( dalam bahasa Inggris) atau dikenal dengan istilah Lit-Tashawwur (للتصور) dalam bahasa Arab, ialah pertanyaan yang menggunakan Adawatul-Istifham selain hal dan hamzah.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa berbentuk subyektif atau obyektif. yang pertama lebih sukar karena jawabannya disamping tergantung pada pengertian siswa akan isi teks lisan juga pada kemampuannya menyusun kalimat dalam bahasa Arab.

5.    Teknik pengajaran keterampilan berbicara.
Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh:
kemampuan mendengarkan,
- kemampuaan mengucapkan
- penguasaan (relatif) kosakata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.
Secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat pemula dan menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa Arab.
a. Tahap-tahap Latihan Berbicara
Pada tahap-tahap permulaan, latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan latihan menyimak. Sebagimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam latihan menyimak ada tahap mendengarkan dan menirukan. Latihan mendengarkan dan menirukan ini merupakan gabungan antara latihan dasar untuk kemahiran menyimak dan kemahiran berbicara.
Namun harus disadari bahwa tujuan akhir dari keduanya berbeda. Tujuan akhir latihan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah kemampuan ekspresi, yaitu mengemukakan ide/pikiran/pesan kepada orang lain. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Berikut ini diberikan beberapa model latihan berbicara. Urutan nomor menunjukkan gradasi/tingkat kesukaran walaupun tidak mutlak.
(1). Latihan Assosiasi dan Identifikasi
(2). Latihan Pola Kalimat ( Pattern Practice )
(3). Latihan Percakapan
6. teknik pengajaran kemahiran membaca
Kemahiran membaca mengandung dua aspek/pengertian. Pertama, mengubah lambang tulis menjadi bunyi. Kedua, menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut.
Inti dari kemahiran membaca terletak pada aspek yang kedua. Ini tidak berarti bahwa kemahiran dalam aspek pertama tidak penting, sebab kemahiran dalam aspek yang pertama mendasari kemahiran yang kedua. Betapapun juga, keduanya merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa.
Secara umum tujuan pengajaran membaca (muthalaah) adalah agar siswa dapat membaca dan memahami teks berbahasa Arab.
a.    Kemahiran mengubah lambang tulis menjadi bunyi.
b.    Kemahiran memahami makna bacaan.
c.    Beberapa jenis mambaca.
(1)  Membaca keras
Dalam kegiatan membaca keras ini, yang terutama ditekankan adalah kemampuan membaca dengan:
1. menjaga ketepatan bunyi bahasa Arab, baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain
2. irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis
3. lancar, tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang
4. memperhatikan tanda baca (pungtuasi)
2. membaca dalam hati
Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Oleh karena itu, ia merupakan sarana bagi jenis membaca yang lain, yakni membaca analisis, membaca cepat, membaca rekreatif dan sebagainya.
3, membaca cepat
Tujuan utama membaca cepat ialah untuk menggalakkan siswa agar berani membaca lebih cepat daripada kebiasaannya. Kecepatan menjadi tujuan tetapi tidak boleh mengorbankan pengertian.
4.membaca rekreatif.
Tujuan membaca rekreatif bukanlah untuk menambah jumlah kosa kata, bukan untuk mengajarkan pola-pola baru, bukan pula untuk pemahaman teks bacaan secara rinci, tetapi untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. tujuannya lebih jauh adalah untuk membina minat dan kecintaan membaca.
5. Membaca analitis
Tujuan utama membaca analitis ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Selain itu siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan ditel-ditel yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis. Siswa juga dilatih berfikir secara logis, mencari hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lain, dan menarik kesimpulan walaupun ia tidak tertulis secara eksplisit dalam bacaan.
d.    Pengalaman Belajar dalam Membaca dan Beberapa Model Latihan
Agar pengajaran kemahiran membaca dapat terarah kepada tujuan, maka bacaan-bacaan yang disajikan perlu dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan atau model-model latihan. Bentuk dan sistematika pertanyaan disesuaikan dengan tujuan atau jenis membaca atau pengalaman belajar apa yang ingin dilatihkan kepada siswa.
(1)    Belajar memahami bacaan
(2)    Belajar memperkaya kosa kata
(3)    Belajar Menarik Kesimpulan
(4)    Belajar Pola Kalimat
(5)    Belajar Menganalisa

7,  Teknik pengajaran kemahiran menulis.
Seperti halnya membaca, kemahiran menulis mempunyai dua aspek, tetapi dalam hubungan yang berbeda. Pertama, kemahiran membentuk huruf dan menguasai ejaan kedua kemahiran melahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan.
a. Kemahiran membentuk huruf
b. Kemahiran mengungkapkan dengan tulisan
c. Tahap-tahap latihan menulis
1. Mencontoh
2. Reproduksi
3. Imlak
4. Rekombinasi dan transformasi
5. Mengarang terpimpin
6. Mengarang bebas
d. Jenis-jenis insyak (karangan)
1. Eksposisi sederhana
2. Narasi/cerita
3. Deskripsi/permainan
4. Surat
5. Kreasi
6. Imajinasi
e. Masalah pembetulan/ishiah



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teknik adalah pelaksanaan secara operasional suatu metode dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Atau secara harfiah teknik juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Ada tiga sistem dalam mengajarkan unsur-unsur bahasa dan keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut, yaitu:
1. Sistem terpisah-pisah
2. Sistem terpadu
3. Sistem gabungan

Adapun teknik-teknik pengajaran bahasa arab sistem terpisah itu dibagi menjadi tujuh yaitu:
1. Teknik pengajaran bunyi dan ortografi
2. Teknik pengajaran tata bahasa
3. Teknik pengajaran kosa kata
4. Teknik pengajaran menyimak
5. Teknik pengajaran berbicara
6. Teknik pengajaran membaca
7. Teknik pengajaran menulis


B.    Saran
Dalam pengajaran bahasa Arab, sudah tentunya tujuan pokok yang ingin dituju adalah tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dengan maksimal dan menyeluruh. Dari sini terdapat permasalahan yang sanagt kompleks baik dari pengajar maupun dari anak/peseta didiknya, sehingga untuk mencapai tujuan agung tersebut adalah dengan menggunakan teknik-teknik pengajaran. Diharapkan, seorang guru tidak hanya pandai menyampaikan materi pelajaran saja tapi juga mampu memudahkan siswanya dalam mempelajari serta memahami materi tersebut.

















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad fuad effendi. 2004. metodologi pengajaran bahasa arab. malang: misykat.

Zulkipli. 2011. metodologi pengajaran bahasa arab. Yogyakarta: Nusa Media.
Didi supriadie,deni darmawan. 20112. komunikasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Acep hermawan. 2011. metodologi pembelajaran bahasa araB. Bandung: PT Remaja Rosda Karya




[3] Ahmad fuad effendi,metodologi pengajaran bahasa arab,(malang:misykat,2004),hlm.76-79.
[4] Zulkipli,metodologi pengajaran bahasa arab,(Yogyakarta:Nusa Media,2011),hlm.53.
[5]Didi supriadie,deni darmawan,komunikasi pembelajaran,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2012),hlm.149.
[7] Acep hermawan,metodologi pembelajaran bahasa arab,(Bandung:PT Remaja Rosda Karya,2011),hlm.130.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar