BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Secara
umum masalah utama yang muncul ketika hendak mempelajari dan menela’ah
Al-Qur’an adalah bahasa.
Di
satu sisi, Al-Qur’an berbahasa arab, di sisi lain, anak-anak dan pembelajar
lainnya masih menggunakan bahasa ibunya bukan bahasa Arab.
Inilah
yang menjadi salah satu penyebab terabainya umat Islam terhadap agamanya
sendiri. Oleh karenanya sebagai mahasiswa hendaknya mengerti dan memahami
hal-hal yang berhubungan denga pembelajaran bahasa arab secara sistematis.
Dikarenakan kami sebagai kelompok kedua dalam mata kuliah PEMBELAJARAN BAHASA ARAB maka kami membahas tentang teknik- teknik
dalam pembelajaran bahasa arab beserta contoh-contohnya.
B. Rumusan masalah
1.
Apa pengertian dari teknik pengajaran
2.
Sistem pengajaran bahasa
3.
Teknik-teknik pengajaran bahasa arab sistem terpisah
C. Tujua penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian teknik pengajaran
2.
Untuk mengetahui sistem pengajaran bahasa
3.
Untuk mengetahui pengajaran bahasa arab sistem
terpisah
BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK-TEKNIK PENGAJARAN BAHASA
A. PENGERTIAN TEKNIK PENGAJARAN
Teknik
adalah pelaksanaan secara operasional suatu metode dalam kegiatan proses
belajar-mengajar. Atau secara harfiah teknik juga
diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan
mempraktikkan suatu metode.
Menurut
Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 1158) teknik adalah metode atau sistem
mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu.[1]
Menurut Edward M. Anthony
mendefinisikan teknik adalah satu muslihat atau strategi atau taktik yang
digunakan oleh guru yang mencapai hasil segera yang maksimum pada waktu
mengajar sesuatu bahagian bahasa tertentu.[2]
B. SISTEM PENGAJARAN BAHASA
Di dalam setiap bahasa
terdapat unsur-unsur yang dapat dilihat secara terpisah-pisah meskipun satu
sama lain saling berhubungan dengan erat bahkan menyatu sehingga terbentuk
sebuah fenomena yang bernama bahasa.[3]
Ada tiga system dalam
mengajarkan unsur-unsur bahasa dan keterampilan-keterampilan berbahasa
tersebut, yaitu:
1.
Sistem terpisah-pisah
Sistem
ini di dalam bahasa Inggris disebut Separated
sistem atau Nizhamul furu' dalam bahasa Arab. Kelebihan sistem ini ialah bahwa
guru dan perancang kurikulum mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memberikan
perhatian khusus kepada bidang kajian atau mata pelajaran tertentu yang menurut
pandangannya sangat penting. Adapun kelemahannya, sistem ini mencabik-cabik
keutuhan bahasa, dan menghilangkan esensi dan watak alamiahnya.
Hal
ini menjadikan pengetahuan dan pengalaman kebahasaan pelajar juga
terpotong-potong, sehingga tidak mampu menggunakannya secara baik dan benar
dalam kehidupan nyata. Pada sisi lain, sistem ini juga menyebabkan ketidak seimbangan
antar berbagai unsur bahasa dan keterampilan bahasa, baik pada proses
pembelajaran maupun output atau hasilnya.
2.
Sistem
terpadu
Sistem
ini di dalam bahasa Inggris disebut Integrated sistem/ All in One Sistem atau
Nizhamul wafidafi'dalam bahasa Arab. Dalam sistem ini, bahasa dipandang sebagai
suatu kesatuan yang utuh, saling berhubungan dan berkaitan bukan sebagai
bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, hanya ada satu
mata pelajaran, satu jam pertemuan, satu buku, satu evaluasi, dan satu nilai
hasil belajar.
3.
Sistem
gabungan
Lembaga pendidikan yang
menggabungkan kedua sistem Sistem dalam
pola pengajaran bahasa arab. Contohnya KMI gontor menerapkan sistem terpadu
dalam pengajaran bahasa arab selama satu tahun.
C.TEKNIK
PENGAJARAN BAHASA ARAB SITEM TERPISAH
1. Teknik
pengajaran bahasa tertulis
Ada beberapa teknik atau bisa juga disebut
metode untuk mengajarkan bahasa baca tulis huruf arab, atau mengenalkan bunyi
dan otografi bahasa arab.
a.
Metode alpabetik
Dalam metode ini, pengajaran baca
tulis dimulai dengan mengenalkan nama-nama huruf dan otografi (bentuk
tulisannya), selanjutnya dikenalkan bunyi huruf konsonan setelah digabungkan
dengan huruf vocal sehingga dibentuk sebuah fomen. Maka pada tahap pengenalan
bunyi disajikan huruf-huruf yang bertanda vocal, misalnya sebagai berikut:
جُ
جِ جَ- ثُ ثِ ثَ- تُ تِ تَ -بُ بِ بَ- اُ اِ اَ
b.
Metode bunyi
Dalam metode ini, pembelajan tidak
dimulai dengan pengenalan nama huruf, tapi langsung pada bunyi. Ada tiga cara
yang lazim digunakan yaitu:
1.
metode sintesis, metode ini dimulai dengan
mengenalkan bunyi huruf-huruf, kemudian dirangkai menjadi kata.
Contoh: نَـبَـتَ, تَ بَ نَ , تَ - بَ – نَ
2.
metode analisis, dimulai dengan kata, kemudian
dikupas menjadi bunyi huruf-huruf. Atau dimulai dengan kalimat, kemudian
dikupas menjadi kata-kata, dan dikupas lagi menjadi huruf.
Contoh: كٌ - مَ - سَ , كٌ مَ
سَ ,سَمَكٌ
3.
dan metode analisis sintesis, merupakan penggabungan kedua metode.
Contoh: سَــلِــمَ atau
sebaliknya مَ - لِ – سَ
2. teknik
pengajaran tata bahasa atau struktur
Pada dasarnya , kegiatan pengajaran tata bahasa
terdiri dari dua bagian yaitu:
1.
pengenalan kaidah
pengelan kaidah dapat dialkukan dengan cara deduktif dan cara
induktif.
·
Cara deduktif
Adalah mengajar nahwu kemudian disusul dengan pemberian
contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan bacaan.[4]
·
Cara induktif
Dilaksanakan dengan cara, guru pertama menyajiakan contoh-contoh
(amtsilah). Setelah mempelajari contoh-contoh yang diberikan siswa dengan
bimbingan guru menarik kesimpulan sendiri kaidah-kaidah bahasa berdasarka
contoh-contoh tersebut.
2.
Latihan (Drill)
Drill secara denotatif merupakan tindakan untuk
meningkatkan keterampilan dan kemahiran. Sebagai metode pembelajaran, drill
adalah cara membelajarkan siswa untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan,
serta dapat pula untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan.[5]
Beberapa pendekatan dan metode mutakhir
menekankan perlunya penyajian gramatika fungsional (an-nahwu al-wazhifi), baik
dari segi pemilihan materi maupun cara penyajiannya.
Ada tiga jenis latihan yang masing-masing bisa berdiri sendiri
atau bisa merupakan suatu urutan yang merupakan kesatuan.
a.
Latihan mekanis, pada dasarnya latihan ini bertujuan
menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang
benar.
b.
Latihan bermakna, kalau latihan mekanis sepenuhnya
bersifat manipulatif, karena kalimat-kalimat yang diucapkan oleh siswa sama
sekali tidak dihubungkan dengan konteks atau situasi maka latihan-latihan
bermakna ini walaupun belum sepenuhnya bersifat komulatif, tapisudah
dihubungkan dengan konteks atas situasi yang sebenarnya. Oleh karena itu dapat
dikatakan seni komunikatif.
c.
Latihan komunikatif, latihan ini membutuhkan daya
kreasi siswa dan merupakan latihan yang sebenarnya.
Adapun
ketiga jenis latihan ini adalah merupakan implementasi dari metode eklektik
yaitu gabungan antara metode audio lingual dengan metode komunikatif.
3.
Teknik
pengajaran kosa kata ( mufradat )
Mufradat merupakan salah satu unsur bahasa
yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh
kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Tapi mempelajari bahasa tidak
identik dengan mempelajari mufradat.
Artinya untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal
mufradat saja.[6]
Savier (dalam fries,1970) menyatakan, para
pembelajar bahasa tidak bisa mengenal bahasa melalui kamus. Setiap kata,
kalimat atau ungkapan memiliki tiga level makna, yakni makna leksikal
(mu’jamyah), makna mirfologis (sharfiyah), dan makna sintaksis (nahwiyah).
Ketiga makna tersebut harus dikenali untuk dapat memahami suatu kalimat atau
ungkapan secara sempurna.
a.
Hal-hal yang diperhatikan
Dalam pembelajaran kosa kata, perlu
diperhatikan beberapa hal berikut:
1.
Pembatasan makna
Suatu
kata dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini merupakan kesulitan tersendiri
bagi para pembelajar bahasa asing. Dalam hubungan ini, untuk para pemula,
sebaiknya guru hanya mengajarkan makna yang sesuai dengan konteks saja, agar
tidak memecah perhatian dan ingatan siswa. Untuk tingkat lanjut, penjelasan makna
bisa dikembangkan agar para siswa memiliki wawasan yang luas mengenai makna
kata tersebut.
2.
Kosa kata
dalam konteks
Banyak
kosa kata yang tidak bisa dipahami secara tepat tanpa mengetahui pemakaiannya
dalam kalimat. Kosa kata semacam ini haruslah diajarkan dalam konteks agar
tidak mengacaukan pemahaman siswa.
3.
Terjemah
dalam pengajaran kosa kata
Mengajarkan
makna kata dengan cara menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu adalah cara yang
paling mudah, tetapi mengandung beberapa kelemahan, antara lain: mengurangi
spontanitas siswa ketika menggunakannya dalam ungkapan, lemah daya lekatnya
dalam ingatan siswa, dan tidak semua kosa kata dalam bahasa asing terdapat persamaan
yang tepat dalam bahasa ibu.
b.
Teknik-teknik
pengajaran mufradat
Adapun
teknik pengajaran kosakata dan tahapan-tahapannya dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1.
Mendengarkan
kata
2.
Mengucapkan
kata
3.
Mendapatkan
makna
4.
Membaca
teks
5.
Menulis
kata
6.
Membuat
kalimat
4.
Teknik pengajaran kemahiran menyimak
Salah
satu perinsif linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah
ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa di dengar.
Menyimak
adalah suatu keterampilan yang hingga sekarang agak diabaikan dan belum
mendapat tempat yang sewajarnya dalam pengajaran bahasa.[7]
Dengan
demikian menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para
siswa dan mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar.
a. Tahap-tahap
latihan menyimak
1.
Latihan
pengenalan (identifikasi)
Kemahiran menyimak (istima’) pada tahap pertama bertujuan
agar siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat. Latihan
pengenalan ini sangat penting karena sistem tata bunyi bahasa Arab banyak
berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikenal oleh siswa.
2.
Latihan
mendengarkan dan menirukan
Walaupun latihan-latihan menyimak bertujuan melatih
pendengaran, tapi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan
pemahaman, bahkan yang disebut terakhir inilah yang manjadi tujuan akhir dari
latihan menyimak. Jadi setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui
ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan
mamahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut. Dengan demikian pelajaran
isrima' sekaligus melatih kemampuan reseptif dan produktif.
Dalam tahap permulaan, siswa dilatih untuk mendengarkan dan
menirukan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru, ketika memperkenalkan kata-kata
atau pola kalimat yang baru, atau dalam waktu yang sengaja dikhususkan untuk
latihan menyimak. Latihan menirukan ini difokuskan pada bunyi-bunyi bahasa yang
asing bagi siswa, juga pada pengucapan vokal panjang dan pendek, bertasydid dan
tidak bertasydid, yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia.
3.
Latihan
mendengarkan dan memahami
Tahap selanjutnya, setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa
dan dapat mengucapkannya, latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu memahami
bentuk dan makna dari apa yang didengarnya itu. Latihan mendengar untuk
pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara lain:
a.
Latihan
melihat dan mendengar
Guru memperdengarkan
materi yang sudah direkam, dan pada waktu yang sama memperlihatkan rangkaian
gambar yang mencerminkan arti dan isi materi yang didengar oleh siswa tadi.
Gambar-gambar tersebut bisa berupa film-strip, slide, gambar dinding dan
sebagainya.
b.
Latihan
membaca dan mendengar
Guru memperdengarkan
materi bacaan yang sudah direkam dan siswa membaca teks (dalam hati) mengikuti
materi yang diperdengarkan. Pada tingkat permulaan, perbendaharaan kata-kata
yang dimiliki siswa masih terbatas. Oleh karena itu, harus dipilihkan bahan
yang pendek-pendek, mungkin berupa percakapan sehari-hari atau
ungkapan-ungkapan sederhana yang tidak terlalu kompleks.
c.
Latihan mendengarkan
dan memeragakan
Dalam latihan ini,
siswa diminta melakukan gerakan atau tindakan non verbal sebagai jawaban
terhadap stimulus yang diperdengarkan oleh guru. Kegiatan ini tidak terbatas
pada ungkapan sehari-hari digunakan oleh guru dalam kelas seperti:
تبوا - اجلس – اقرأ
d.
Latihan
mendengarkan dan memahami
Pada akhirnya,
mendengarkan sesuatu adalah untuk memperoleh informasi. Infofmasi itu mungkin
tersurat/ekplisit, dinyatakan secara jelas. Tetapi mungkin juga
tersirat/implisit, yang memerlukan pengamatan dan penilaian lebih jauh.
Ini berarti bahwa
menyimak adalah keterampilan yang dapat dicapai hanya dengan latihan-latihan.
Tujuan latihan menyimak pada tahap ini ialah agar siswa memiliki keterampilan
memahami isi suatu teks lisan dan mampu secara kritis menangkap isi yang
dikandungnya, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
b. Sitematika
pertayaan.
Pertanyaan-pertanyaan
dalam pelajaran mendengarkan dan memahami, dapat disistematikkan menurut jenis
pertanyaan itu sendiri dan menurut perilaku siswa yang kita pancing.
Pertanyaan
jenis ya tidak (Na'am – la) ialah pertanyaan yang jawabannya didahului dengan
kata Na’am atau La.
Pertanyaan
jenis alternatif (ikhtiyari) ialah pertanyaan yang memberikan pilihan kepada
siswa dan kedua pilihan itu secara eksplisit disebutkan dalam pertanyaan.
Hamzah
(أ) bisa digunakan untuk kedua jenis pertanyaan di atas, sedangkan Hal (هل)
hanya untuk jenis pertanyaan pertama (na'am-la) dan dikenal dengan istilah
Lit-Tashdiq.
Pertanyaan
jenis wh-question ( dalam bahasa Inggris) atau dikenal dengan istilah
Lit-Tashawwur (للتصور) dalam bahasa Arab, ialah pertanyaan yang menggunakan
Adawatul-Istifham selain hal dan hamzah.
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut bisa berbentuk subyektif atau obyektif. yang pertama lebih sukar
karena jawabannya disamping tergantung pada pengertian siswa akan isi teks
lisan juga pada kemampuannya menyusun kalimat dalam bahasa Arab.
5.
Teknik pengajaran keterampilan berbicara.
Berbicara
merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal
balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam
kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan
pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus
terlebih dahulu didasari oleh:
kemampuan
mendengarkan,
-
kemampuaan mengucapkan
- penguasaan (relatif)
kosakata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud
atau fikirannya.
Secara
umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat pemula dan menengah ialah agar
siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa Arab.
a.
Tahap-tahap
Latihan Berbicara
Pada
tahap-tahap permulaan, latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan latihan
menyimak. Sebagimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam latihan menyimak ada
tahap mendengarkan dan menirukan. Latihan mendengarkan dan menirukan ini
merupakan gabungan antara latihan dasar untuk kemahiran menyimak dan kemahiran
berbicara.
Namun
harus disadari bahwa tujuan akhir dari keduanya berbeda. Tujuan akhir latihan
menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Sedangkan tujuan akhir
latihan pengucapan adalah kemampuan ekspresi, yaitu mengemukakan
ide/pikiran/pesan kepada orang lain. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi
sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Berikut
ini diberikan beberapa model latihan berbicara. Urutan nomor menunjukkan
gradasi/tingkat kesukaran walaupun tidak mutlak.
(1).
Latihan Assosiasi dan Identifikasi
(2).
Latihan Pola Kalimat ( Pattern Practice )
(3).
Latihan Percakapan
6. teknik pengajaran kemahiran membaca
Kemahiran
membaca mengandung dua aspek/pengertian. Pertama, mengubah lambang tulis
menjadi bunyi. Kedua, menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan
dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut.
Inti
dari kemahiran membaca terletak pada aspek yang kedua. Ini tidak berarti bahwa
kemahiran dalam aspek pertama tidak penting, sebab kemahiran dalam aspek yang
pertama mendasari kemahiran yang kedua. Betapapun juga, keduanya merupakan
tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa.
Secara
umum tujuan pengajaran membaca (muthalaah) adalah agar siswa dapat membaca dan
memahami teks berbahasa Arab.
a.
Kemahiran
mengubah lambang tulis menjadi bunyi.
b.
Kemahiran
memahami makna bacaan.
c.
Beberapa
jenis mambaca.
(1)
Membaca
keras
Dalam kegiatan membaca
keras ini, yang terutama ditekankan adalah kemampuan membaca dengan:
1.
menjaga
ketepatan bunyi bahasa Arab, baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi
yang lain
2.
irama yang
tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis
3.
lancar,
tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang
4.
memperhatikan
tanda baca (pungtuasi)
2.
membaca dalam hati
Membaca
dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun
rincian-rinciannya. Oleh karena itu, ia merupakan sarana bagi jenis membaca
yang lain, yakni membaca analisis, membaca cepat, membaca rekreatif dan
sebagainya.
3,
membaca cepat
Tujuan
utama membaca cepat ialah untuk menggalakkan siswa agar berani membaca lebih
cepat daripada kebiasaannya. Kecepatan menjadi tujuan tetapi tidak boleh
mengorbankan pengertian.
4.membaca rekreatif.
Tujuan
membaca rekreatif bukanlah untuk menambah jumlah kosa kata, bukan untuk mengajarkan
pola-pola baru, bukan pula untuk pemahaman teks bacaan secara rinci, tetapi
untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang
dibacanya. tujuannya lebih jauh adalah untuk membina minat dan kecintaan
membaca.
5.
Membaca
analitis
Tujuan
utama membaca analitis ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan
mencari informasi dari bahan tertulis. Selain itu siswa dilatih agar dapat
menggali dan menunjukkan ditel-ditel yang memperkuat ide utama yang disajikan
penulis. Siswa juga dilatih berfikir secara logis, mencari hubungan antara satu
kejadian dengan kejadian yang lain, dan menarik kesimpulan walaupun ia tidak
tertulis secara eksplisit dalam bacaan.
d.
Pengalaman
Belajar dalam Membaca dan Beberapa Model Latihan
Agar
pengajaran kemahiran membaca dapat terarah kepada tujuan, maka bacaan-bacaan
yang disajikan perlu dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan atau model-model
latihan. Bentuk dan sistematika pertanyaan disesuaikan dengan tujuan atau jenis
membaca atau pengalaman belajar apa yang ingin dilatihkan kepada siswa.
(1)
Belajar
memahami bacaan
(2)
Belajar
memperkaya kosa kata
(3)
Belajar
Menarik Kesimpulan
(4)
Belajar
Pola Kalimat
(5)
Belajar
Menganalisa
7, Teknik
pengajaran kemahiran menulis.
Seperti
halnya membaca, kemahiran menulis mempunyai dua aspek, tetapi dalam hubungan
yang berbeda. Pertama, kemahiran membentuk huruf dan menguasai ejaan kedua
kemahiran melahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan.
a.
Kemahiran
membentuk huruf
b.
Kemahiran
mengungkapkan dengan tulisan
c.
Tahap-tahap
latihan menulis
1.
Mencontoh
2.
Reproduksi
3.
Imlak
4.
Rekombinasi
dan transformasi
5.
Mengarang
terpimpin
6.
Mengarang
bebas
d.
Jenis-jenis
insyak (karangan)
1.
Eksposisi
sederhana
2.
Narasi/cerita
3.
Deskripsi/permainan
4.
Surat
5.
Kreasi
6.
Imajinasi
e.
Masalah
pembetulan/ishiah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik adalah pelaksanaan secara
operasional suatu metode dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Atau secara
harfiah teknik juga diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan
suatu metode.
Ada tiga sistem dalam
mengajarkan unsur-unsur bahasa dan keterampilan-keterampilan berbahasa
tersebut, yaitu:
1.
Sistem terpisah-pisah
2.
Sistem
terpadu
3. Sistem gabungan
Adapun
teknik-teknik pengajaran bahasa arab sistem terpisah itu dibagi menjadi tujuh
yaitu:
1.
Teknik
pengajaran bunyi dan ortografi
2.
Teknik
pengajaran tata bahasa
3.
Teknik
pengajaran kosa kata
4.
Teknik
pengajaran menyimak
5.
Teknik
pengajaran berbicara
6.
Teknik
pengajaran membaca
7.
Teknik
pengajaran menulis
B.
Saran
Dalam pengajaran bahasa Arab, sudah tentunya tujuan pokok yang
ingin dituju adalah tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dengan maksimal
dan menyeluruh. Dari sini terdapat permasalahan yang sanagt kompleks baik dari
pengajar maupun dari anak/peseta didiknya, sehingga untuk mencapai tujuan agung
tersebut adalah dengan menggunakan teknik-teknik pengajaran. Diharapkan,
seorang guru tidak hanya pandai menyampaikan materi pelajaran saja tapi juga
mampu memudahkan siswanya dalam mempelajari serta memahami materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad fuad
effendi. 2004. metodologi pengajaran
bahasa arab. malang: misykat.
Zulkipli. 2011. metodologi
pengajaran bahasa arab. Yogyakarta: Nusa Media.
Didi supriadie,deni
darmawan. 20112. komunikasi pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Acep
hermawan. 2011. metodologi pembelajaran
bahasa araB. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
[3]
Ahmad fuad effendi,metodologi pengajaran bahasa arab,(malang:misykat,2004),hlm.76-79.
[4] Zulkipli,metodologi
pengajaran bahasa arab,(Yogyakarta:Nusa Media,2011),hlm.53.
[5]Didi supriadie,deni darmawan,komunikasi pembelajaran,(Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2012),hlm.149.
[7]
Acep hermawan,metodologi pembelajaran bahasa arab,(Bandung:PT Remaja Rosda Karya,2011),hlm.130.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar